Article Detail

Sahabat bagi Remaja

Dewasa ini mendampingi anak-anak remaja gampang-gampang susah. Banyak orang tua merasa kewalahan ketika harus mendampingi anaknya yang mulai beranjak remaja. Bahkan banyak di antara mereka merasa hubungannya dengan anaknya semakin jauh. Orang tua merasa bahwa si anak cuek dan tak mau memperhatikan orang tuanya. Keadaan seperti ini bisa terjadi karena banyak hal. Salah satu diantaranya karena pada usia remaja anak-anak mengalami masa pubertas.

Pada masa pubertas  remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem “siapa saya?” (Who am I ?). Karena pada masa ini adalah masa berkembangnya identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan. Faktor-faktor penting dalam perkembangan integritas pribadi remaja (psikologi remaja) adalah :

1) Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi untuk berperilaku dewasa pula

2) Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru

3) Munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya

4) Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis dan lawan jenis

5) Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak menuju dewasa. Remaja akhir sudah mulai dapat memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri.

            Karena kondisi psikologis remaja seperti tersebut di atas, maka pada usia ini rasa ingin tahunya cukup tinggi. Tidak jarang mereka mulai tergoda untuk melihat gambar-gambar porno, atau membaca bacaan yang sedikit porno. Dari melihat atau membaca kemudian ingin mencobanya. Karena itu, tidak sedikit remaja yang kemudian terjerumus pada tindakan asusila. Karena itu, orang tua harus pandai membawa diri supaya bisa di terima oleh anaknya yang menginjak remaja.

            Dalam seminar ini dibahas salah satu cara jitu agar orang tua bisa diterima remaja adalah menjadi sahabat bagi anaknya. Orang tua bisa memposisikan diri sebagai sahabat, mau mendengarkan, dan bermain dengan remaja. Sehingga di kala remaja mengalami kesulitan ia akan bertanya kepada orang tua. Dengan demikian orang tua akan tahu apa yang sedang dialami anaknya. Kadang-kadang orang tua juga bisa berperan sebagai kakaknya, bahkan saat tertentu sebagai orang tuanya. Yang penting orang tua harus berusaha menjaga agar hubungannya dengan remaja tetap harmonis.

            Dalam seminar ini juga dibicarakan bahwa seni berkomunikasi dengan remaja yang tepat menggunakan teknik mendengar dan memberi input. Teknik mendengar adalah teknik komunikasi dimana kita harus lebih banyak mendengarkan, menyerap apa yang dibicarakan, menggali apa yang perlu diberikan pada remaja, dan memastikan apa yang paling tepat dilakukan.

Teknik memberi input, dalam memberikan saran, masukan, atau solusi orang tua harus memperhatikan aspek kenyamanan dan aspek efektivitas. Rasa nyaman harus benar-benar diciptakan sehingga remaja merasa nyaman untuk mengungkapkan apa saja yang sedang dialaminya dan yang menjadi ganjalan hatinya. Dengan situasi tersebut orang tua dapat memberikan masukan/solusi yang efektif bagi remaja.

            Dalam seminar ini juga disarankan agar dalam mendampingi remaja, orang tua berhati-hati terhadap pornografi.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment