Sejarah Sekolah
Sejarah Sekolah
SEKILAS SEJARAH SMP TARAKANITA 3
Keberadaan SMP Tarakanita 3 tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang SD Tarakanita 3. Karena sekolah ini terbentuk atas keinginan orangtua siswa yang pada saat itu menginginkan adanya sekolah lanjutan setelah mereka menyekolahkan putra-putri mereka di sekolah dasar.
Diawali dengan berdirinya sebuah sekolah dasar yang berada di bawah pengelolaan Paroki Yohanes Penginjil. Sekolah dasar ini didirikan pada saat Romo Leo Soekoto, SJ berkarya di Paroki Yohanes Penginjil (Blok B), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada awal 1970, sebelum beliau diangkat menjadi Uskup Agung Jakarta. Terletak di sebuah kampung bernama Juraganan, di pinggir sebuah empang. Namun baru sesaat berdiri sekolah ini dibakar oleh sekelompok orang tertentu yang tidak setuju dengan adanya sekolah ini. Bahkan teror dan tekanan juga dirasakan para guru, misalnya dengan pemasangan spanduk penolakan sekolah di halaman rumah salah satu guru.
Dengan terbakarnya sekolah ini maka kegiatan belajar-mengajar otomatis terhenti. Keadaan seperti ini terselamatkan oleh peran salah satu tokoh paroki pada saat itu, yaitu Bp. Nicodemus Soesilo, yang pada saat itu menjabat sebagai wakil ketua dewan paroki, sekaligus mempunyai hubungan erat dengan Romo Leo Soekoto dan Gubernur Jakarta pada saat itu, Bapak Ali Sadikin. Keterdekatan dengan Bang Ali ini dimungkinkan karena Bapak Nicodemus Soesilo pada saat itu sebagai anggota DPR RI Komisi VI yang satu ruang dengan Ibu Nani Sadikin, istri Bapak Ali Sadikin.
Berita dibakarnya sekolah ini akhirnya ditanggapi oleh Bang Ali dengan keputusannya untuk membangun kembali sekolah ini dan sekaligus meresmikannya. Menurut beberapa sumber, dalam pidatonya Bang Ali mengatakan bahwa sekolah ini bukan sekolah agama, siapapun boleh bersekolah di sini. Dan bila terjadi lagi pengerusakan, yang akan beliau tindak adalah aparat pemerintah setempat. Maka kembalilah sekolah ini menjalankan misi pendidikannya.
Sekolah ini memang dibawah pengelolaan Paroki Blok B, tetapi pada operasionalnya, paroki Blok B meminta bantuan suster-suster Carolus Borromeus (CB) di biara Jalan Sambas, yang pada akhirnya kemudian diserahkan ke Yayasan Tarakanita.
Menanggapi permintaan orang tua siswa tadi, maka pada awal 1970 berdirilah SMP Tarakanita 3 bersamaan dengan didirikannya Balai Kesehatan Masyarkat (Balkesmas) Yohanes (sekarang masih ada, di ujung jalan Juraganan). Masih dengan keterdekatan Bapak Nicodemus Soesilo dengan Bang Ali, SMP ini pun beberapa kali mendapat bantuan dari Gubernur Jakarta ini.
Angkatan pertama SMP Tarakanita 3 ini berjumlah 27 siswa, dan pertama kali mengikuti ujian bergabung dengan SMP N 19, di sekitar pasar Majestik. Semuanya lulus dengan nilai memuaskan. Murid-muridnya selain berasal dari kampung Juraganan, juga berasal terutama dari komplek-komplek perumahan di sekitarnya seperti Komplek Patal, Komplek TVRI, dan Komplek PLN.
Guru-guru pertama SMP ini sebagian masih mengambil dari SD Tarakanita 3, sebagian lagi dibantu oleh guru-guru dari SMP Tarakanita 1. Pada masa-masa awal, banyak pula guru dari sekolah lain yang membantu, misalnya guru-guru dari SMP Asisi dan dari SMA Kanisius, SMA Ursula, dsb. Sampai beberapa tahun kemudian masih sering terjadi pergantian guru.
Sebagai Kepala Sekolah Pertama sekaligus pendiri SMP Tarakanita 3, Sr. Lucy Sumarni, CB waktu itu sekaligus merangkap Kepala SD dan TK (menjabat dari tahun 1975-1976). Karya beliau diteruskan oleh Sr. Yohanita, CB yang juga masih merangkap sebagai kepala SD dan TK (menjabat tahun 1977). Karya Sr. Yohanita, CB dilanjutkan oleh Sr. Lucy Mulyani, CB. Sama dengan dua pendahulunya, beliau juga masih merangkap sebagai kepala SD dan TK pada tahun 1978-1984. Pada masa kepemimpinan beliau pulalah, sekolah ini di serahkan kepada Yayasan Tarakanita. Kepala sekolah ke-4 adalah Sr. Tarcisius, CB. Pada kepala sekolah yang ke-4 inilah, tidak lagi terjadi perangkapan jabatan. Beliau menjabat kepala sekolah selama 2 tahun, dari tahun 1984 sampai dengan tahun 1986. Ibu J.F. Boediono menggantikan Sr. Tarcisius, CB sebagai kepala sekolah dari tahun 1986-1997. Pada masa Ibu J.F. Boediono inilah, SMP Tarakanita 3 membuka kelas sore. Alasan utamanya agar para guru yang mengajar tidak selalu bongkar pasang, berganti-ganti. Selain memang animo siswa tidak tertampung bila seluruhnya dilayani pada pagi hari. Setelah Ibu J.F. Boediono memasuki masa purna bakti, Bp. Antonius Tumidjo menggantikan beliau sebagai kepala sekolah selama 6 tahun, dari tahun 1987 sampai dengan 2003. Estafet kepemimpinan diserahkan kepada kepala sekolah ke-7 yaitu Bp. Robertus Indaryana dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2009. Dilanjutkan oleh masa kepemimpinan Bp. Demitrius Dwi Sapta Nugraha pada tahun 2009, dan kepala sekolah yang menjabat sejak tahun 2010 sampai sekarang adalah Ibu Christina Martini.
Pembagunan fisik juga dialami oleh SMP ini. Sejak berdirinya pada 1 Januari 1975, SMP ini menempati gedung yang dibangun pada sebidang tanah yang dibeli oleh Paroki Blok B di seberang gedung SD yang dibangun oleh Bang Ali. Yang unik dari sekolah ini, gedung SMP dan SD ini terpisah oleh sebidang tanah milik penduduk, yang dipagari dengan pagar anyaman kawat. Baru pada saat sekolah ini telah di serahkan ke Yayasan Tarakanita, tanah tersebut berhasil dibeli, sehingga kompleks sekolah ini menjadi utuh seperti yang ada sekarang. Pemugaran secara besar-besaran untuk menggantikan gedung lama baru terlaksana pada tahun 2000-2001. Diawali dengan pembangunan kompleks SD Tarakanita 3, dan selang beberapa saat kemudian terbangunlah gedung yang ditempati oleh SMP Tarakanita 3 sekarang. Pembagunan gedung sekolah ini memang tidak seperti yang direncanakan. Semula kompleks ini direncanakan tiga lantai dan bebrbentuk menyerupai segi empat. Tetapi oleh karena satu dan lain hal gedung yang berhasil dibangun berbentuk L, tiga lantai, seperti yang ada pada sekarang. Ada sebagian gedung yang masih menggunakan gedung lama yang direnovasi (kompleks TK), dan sebagian lagi tidak berhasil dibangun (yang sekarang ini menjadi areal parkir). Gedung yang ada sekarang ini resmi digunakan sejak 2003.