Article Detail
2018_Mengawali Masa Prapaskah dengan Misa Rabu Abu
Masa Prapaskah adalah masa penuh rahmat, masa dan kesempatan bagi kita untuk lebih membuka hati kepada Tuhan yang selalu menyertai, membimbing serta menguatkan kita. Sebagai wujud keterbukaan hati kita kepada Tuhan, dalam masa ini kita diajak untuk semakin peduli kepada sesama, khususnya yang menderita, seperti selalu dicontohkan oleh Yesus. Membuka hati menjadi amat penting dalam hidup kita sehingga kita dapat semakin memahami sapaan-Nya dalam peristiwa dan pengalaman yang melintas dalam hidup kita. Sikap peduli pun menjadi semakin penting agar iman kita tidak mati. Itulah sebenarnya makna pertobatan kita.
Pada tahun ini kita menjalani Tahun Persatuan dengan semboyan “Amalkan Pancasila: Kita Bhinneka, Kita Indonesia”. Kita diajak memaknai pengalaman hidup kita, khususnya dalam konteks kesatuan dan kebhinekaan bangsa kita, sebagai karya Allah. Kita bersyukur karena Tuhan menyapa kita juga melalui pengalaman keragaman berbangsa. Meskipun Bangsa Indonesia terdiri dari 17.504 pulau, 1.340 suku bangsa dan 546 bahasa namun kita tetap satu: satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.
Semoga masa Prapaskah ini menjadi kesempatan istimewa bagi kita untuk makin mampu memahami kehendak Allah bagi bangsa kita, khususnya terkait dengan kesatuan dan keragaman bangsa kita. Dan semoga kita semakin mampu mengalami dan merasakan kehadiran-Nya yang menyelamatkan.
Dalam Perayaan Ekaristi kita menerima abu yang dioleskan ke dahi. Abu yang digunakan dalam perayaan Rabu Abu berasal dari pembakaran daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya. Imam memberkati abu dan mengenakannya pada dahi umat beriman dengan membuat tanda salib dan berkata, “Ingat, engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu,” atau “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” Ketika kita memasuki Masa Prapaskah yang kudus ini, patutlah kita ingat akan makna abu yang telah kita terima, dan kita menyesali dosa dan melakukan silih bagi dosa-dosa kita. Kita mengarahkan hati kepada Kristus, yang sengsara, wafat dan bangkit demi keselamatan kita. Kita memperbaharui janji-janji yang kita ucapkan dalam pembaptisan, yaitu kita mati atas hidup kita yang lama dan bangkit kembali dalam hidup yang baru bersama Kristus.
Selain apa yang diungkapkan di atas, selama Masa Prapaskah ini patutlah kita mohon Roh Kudus untuk menggerakkan kita dalam karya dan amal belas kasihan terhadap sesama. Bapa Suci dalam pesan Masa Prapaskah pernah mengatakan, “Merupakan harapan saya yang terdalam bahwa umat beriman akan mendapati Masa Prapaskah ini sebagai masa yang menyenangkan untuk menjadi saksi belas kasih Injil di segala tempat, karena panggilan untuk berbelas kasihan merupakan inti dari segala pewartaan Injil yang sejati.” Dalam Masa Prapaskah ini, tindakan belas kasihan yang tulus, yang dinyatakan kepada mereka yang berkekurangan, haruslah menjadi bagian dari silih kita, tobat kita, dan pembaharuan hidup kita, karena tindakan-tindakan belas kasihan semacam itu mencerminkan kesetiakawanan dan keadilan yang teramat penting bagi datangnya Kerajaan Allah di dunia ini.
-
there are no comments yet